-Posted on: September 14, 2021
Hai, Ilustrator!
Ingin mulai menulis dan menggambar picturebook mu sendiri?
SCBWI Indonesia bekerja sama dengan Kelir, menghadirkan “Kelas Ilustrator Menulis”.
Kelas belajar bersama yang akan berlangsung 18 September – 27 November 2021
Biaya kontribusi: Rp. 900.000,-
Mentor: Alfredo Santos dan Dian Kristiani
Kabar Baik!
Anggota aktif SCBWI mendapatkan harga kontribusi khusus Rp. 500.000,- untuk seluruh program “Kelas Ilustrator Menulis”.
Daftar jika anda belum jadi anggota SCBWI, atau renew keanggotaannya.
Kelas terbatas hanya untuk 15 ilustrator, lho! Yuk daftarkan dirimu segera di bit.ly/DaftarKIMI2021
Pendaftaran khusus untuk anggota SCBWI, ditutup hingga tanggal 16 September 2021
Peserta anggota SCBWI akan diumumkan tanggal 17 September 2021
-Posted on: June 11, 2020
Hello fellow kid lit creators!
The Society of Children’s Book Writers and Illustrators in Indonesia and Singapore would like to invite you to “Talking Pictures” – a series of online talks on many things illustration.
On the 3rd Thursday of every month, the series would have a featured speaker sharing on illustration topics close to their hearts. They’d then gladly talk to you directly in the chat that follows.
The talks will run at GMT+7/GMT+8 on Zoom.
And it’s totally FREE!
See our updates for more information.
@scbwi #scbwisingapore #childrensbookillustrator #childrensbook #kidlitartist #monthlyevent #thirdthursday
-Posted on: May 16, 2017
Workshop dan Talkshow datang lagi!
Kali ini SCBWI mengundang Ms. Naomi Kojima, Ilustrator dan penulis buku anak yg akan membawakan workshop proses pembuatan buku bergambar menggunakan dummy, serta Ms. Michiko Matsukata, yang akan bercerita tentang museum Chihiro Iwasaki, ilustrator terkenal Jepang yg salah satu karyanya ada di buku Totto-Chan.
Early bird untuk peserta yang mendaftar (telah membayar dan mengisi formulir) sebelum 1 Mei dan harga khusus untuk member SCBWI.
Segera daftar karena tempat terbatas hanya untuk 20 peserta.:)\\
-Posted on: April 8, 2017
SCBWI Indonesia with the National Book Committee of Indonesia is presenting:
About National Book Committee of Indonesia
About Room to Read
About Litara
About Salihara
Mengenai pemenang Fractured Folktales
-Posted on: March 5, 2017
Berikut nama pemenangnya
Suka cerita rakyat tetapi tidak suka alur/endingnya?
Pernah iseng mengubah cerita rakyat dan membuat versimu sendiri?
Ikuti kompetisi "Fractured Folktales" yang diadakan oleh SCBWI Indonesia dan raih kesempatan untuk mendapatkan hadiahnya!
________________
FRACTURED FAIRY TALES AND FOLK TALES
are adaptations of traditional tales. They may show new points of view, role reversals, new characters and plot twists, sequels, alternative settings, or fairy-tale combinations. They are often very funny! – Curtis Library.com –
________________
Silahkan klik link berikut untuk mengetahui informasi lebih detail.
Penerimaan karya paling lambat tanggal 1 April 2017 pukul 24.00 WIB
Pengumuman pemenang akan dilakukan tanggal 5 April 2017 di Facebook SCBWI Indonesia
Jadi tunggu apa lagi? Modifikasi sekreatif mungkin dan kirim karya Anda!
Kompetisi ini terbuka untuk penulis dan illustrator.
SCBWI Indonesia berjanji untuk tidak menyebarkan materi partisipan kepada pihak di luar panitia kompetisi.
Mengenai workshop Room to Read, silahkan klik link berikut.
-Posted on: December 14, 2015
Oktober tahun ini (2015), dunia perbukuan dan penerbitan Indonesia heboh! Ada apa?
Tahun ini adalah tahun yang spesial, Indonesia menjadi tamu kehormatan dengan artian Indonesia menjadi bintang tamu paling spesial dalam perhelatan perbukuan terbesar dan tertua di dunia, Frankfurt Buchmesse atau lebih dikenal Frankfurt Book Fair (FBF).
Ach so…
Begitulah ucapan yang saya pelajari sewaktu di Jerman sebagai tanda mengerti.
Menjadi tamu kehormatan di ajang perbukuan terpaket dengan berbagai keuntungan, Indonesia diperkenalkan ke dunia Eropa, yang mengakui tidak tahu apa dan dimana Indonesia berada. Segalanya mengenai Indonesia diworo-woro di seluruh Eropa. Dari poster yang dipasang di sepanjang kota sampai beberapa rangkaian acara yang harus diikuti menyongsong acara utama seperti Bologna Children’s Book Fair (doa 2014 terkabuli), Leipzig Book Fair, London Book Fair dan beberapa rangkaian acara perbukuan/yang berhubungan lainnya. Sebelum kejadian ini, Indonesia tidak pernah terdengar atau “hadir” di hampir semua ajang-ajang perbukuan ini.
Untuk lebih banyak menilik apa saja yang dilakukan Indonesia untuk FBF Guest Of Honor ini, silahkan klik gambar barong di atas.
Persiapan
Biasanya jika sebuah negara terpilih menjadi Tamu Kehormatan FBF, negara iitu akan serius mempersiapkan diri beberapa tahun sebelumnya. 2 tahun sebelum ini, Indonesia, dari tim IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) dan Goethe Institute memulai persiapan dengan memperkenalkan apa itu FBF dan apa pentingnya menjadi tamu kehormatan. Ya, Indonesia butuh disadarkan terlebih dahulu apa pentingnya sebutan “Guest of Honor” (GOH) di Frankfurt Book Fair. Tapi sayangnya setelah sesi perkenalan ini, perjalanan tidak semulus itu, banyak uji coba terjadi dan banyak usaha sia-sia terbuang. Namun Indonesia memang adalah keturunan Sangkuriang, Yang semustinya 2 tahun dipersiapkan dengan matang dan serius, Indonesia mulai kerja efektif dalam kurang lebih 9 bulan terakhir terkait hal-hal terpenting, yaitu pemilihan penerbit dan yang paling terpenting, pemilihan dan penerjemahan buku. Inipun dengan bantuan langsung dari beberapa pihak khususnya komite FBF dan Goethe. Pada akhirnya semua berjalan dengan mulus sepanjang acara dengan kekurangan yang hampir tidak terlihat.
Bentuk Pameran
17.000 Islands of Imagination, itulah moto Indonesia sebagai tamu kehormatan dengan logonya yang bernuansa hitam putih. Pada tahun-tahun sebelumnya, menjadi tamu kehormatan berarti negara itu akan diberikan satu area khusus untuk pameran dan bisnis. Namun tahun ini agak berbeda, ada beberapa tempat yang tersebar di area pameran. Tempat utama yang pertama adalah Indonesia Paviliun. Sebuah ruangan besar yang berisi pameran buku Indonesia yang terseleksi dan sebagian besar sudah diterjemahkan melalui Translation Funding Program beserta semua acara yang berhubungan dengan perbukuan dan kebudayaan. Tempat kedua adalah National Stand. Berisi semua penerbit yang telah terseleksi memamerkan buku-buku unggulannya beserta semua acara yang berhubungan dengan perbukuan dan penerbitan. Selain kedua tempat ini, tersebarlah beberapa stand Indonesia di berbagai area. Seperti contohnya stand buku anak dan komik di area buku bergambar, hall.3.0.
Kegiatan
Dari 69 narasumber yang diterbangkan komite Guest Of Honor FBF dan pemerintah, terdapat 7 penulis buku anak termasuk Pak Djoko Lelono, Renny Yaniar dan Arleen A. Kami tiba sehari sebelum pameran untuk mengikuti acara pembukaan pada malamnya. Hadirlah disana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk ikut membuka acara sebagai bentuk dukungan dari pemerintah Indonesia dalam mengiringi persiapan ajang akbar Indonesia ini.
Sepanjang event saya ditugaskan untuk menangani beberapa acara, diantaranya adalah belajar mengilustrasi dan bincang-bincang bersama 5 penggiat buku dari Indonesia. Dalam bincang-bincang ini saya bicara mengenai kegiatan komunitas yang dilakukan untuk Kelir, SCBWI Indonesia dan kegiatan NGO bersama penerbit yang turut saya wakilkan yaitu Yayasan Litara.
Selain acara sebagai narasumber, ada juga beberapa acara yang diserahkan kepada Yayasan Litara, seperti pembacaan buku anak mengenai alat musik tradisional bersama Eva Nukman dan bincang-bincang mengenai keberagaman dalam buku anak bersama Sofie Dewayani dan dimoderatorkan oleh Angela Cerrito (asisten dari International Adviser SCBWI).
Ada apa di FBF?
Frankfurt Buchmesse berlangsung selama lima hari dan dalam lima hari ini terbagi 2 jenis acara. Tiga hari pertama ditujukan untuk B to B, alias bisnis ke bisnis. Inilah waktunya penerbit akan berlari mondar-mandir mengejar janji, menjual dan membeli hak cipta/cetak, mengembangkan sebuah konten buku ke media yang tersedia dan banyak hal. Tiga hari ini adalah saat-saat menentukan bagi masa depan penerbit. Pengunjung yang diperbolehkan masuk adalah trade visitor.
Dua hari terakhir ditujukan untuk umum, bagaimanapun ini adalah sebuah pekan raya kalau disamakan seperti Pekan Raya Jakarta. Sebagian besar orang penting dalam penerbitan sudah bertolak pulang sedangkan keluarga dan anak-anak gantian berdatangan, juga para cosplayer. Dalam 2 hari ini pengunjung bisa mengamati, mencari buku incarannya dan membeli pada hari terakhir. Pada tahun-tahun sebelumnya, penerbit yang tidak mau repot membawa balik buku-bukunya, akan memberikan begitu saja secara gratis. Namun untuk tahun ini, buku-buku itu dijual murah, termasuk dari penerbit Indonesia. Dua hari terakhir ini dimana keadaan benar-benar terasa seperti pekan raya, ramai, penuh dan panik! Panik melihat diskon buku-buku berkualitas yang selama ini mahal di pasaran umum.
Di saat panik ini, masih ada penerbit yang mendekati dan mengadakan pertemuan informal jika memungkinkan.
Kesimpulan
Dari pengalaman mengunjungi, baru saja 2 ajang perbukuan di Eropa ini, saya sebagai bagian dari penerbit merasa lebih percaya diri mengunjungi dan berpartisipasi di Frankfurt Book Fair dibandingkan sebagai ilustrator di Bologna Children’s Book Fair. Buku-buku kami masih bisa dianggap bisa bersaing dibandingkan kemampuan ilustrasi saya yang tiba-tiba ciut begitu masuk ajang di Bologna.
Buku-buku Indonesia, yang pada awalnya tidak diketahui oleh orang luar, sejalan dengan persiapan dan acara, mendapat berbagai reaksi dan respon positif. Hal ini terbukti dari banyaknya hak cetak yang berhasil terjual oleh penerbit Indonesia. Ini adalah permulaan yang menjanjikan. Tapi kita harus terus belajar lebih banyak untuk membuat buku yang bisa menarik pasar internasional.
Tentunya kita harus sangat berterimakasih atas adanya katalis ini, status Guest Of Honor yang membuat kita terpaksa pamer siapa kita, apa itu Indonesia dan apa harta yang kita miliki, dan sedikit banyak kita juga memiliki sesuatu yang diminati pasar internasional.
Sebelum ajang akbar ini penerbit Indonesia tentu sudah tahu mengenai ajang perbukuan internasional dan kegiatannya, namun biasanya selalu dalam posisi membeli dan hanya datang sebagai trade visitor, tanpa stand/booth, tanpa pameran. Beberapa penerbit memang sudah pernah ada yang sukses menjual hak cetak ke negara lain, namun hal itu masih jarang. Semoga dengan katalis ini, kita akan bisa terus “hadir” dan terus memperkenalkan judul-judul yang diminati dunia internasional.
Ini bukan kegiatan penutupan setelah kerja keras persiapan, melainkan sebuah permulaan.
Seperti apa yang sudah dikatakan Claudia Kaisser, Vice President Business Development of Frankfurt Buchmesse, “Indonesia has made a splash”, sekarang tugas kita untuk melanjutkan gejolak dan menjaga riaknya tetap ada.
Gunanya bagi pembuat buku?
Untuk penulis, ajang ini tentu menguntungkan secara langsung. Penerbit bisa mempromosikan dan menjual hak cetak apabila konten diminati pasar internasional. Kesejahteraan akan meningkat apabila ditangani secara serius oleh penerbit. Dan ya, ajang ini berbeda dari ajang perbukuan di Bologna. Banyak yang mengatakan bahwa FBF adalah ajang resmi, dengan jas yang resmi dan janji/pertemuan yang resmi. Penulis dan ilustrator tidak diperlukan hadir disini, semua janji/bisnis dijalankan oleh penerbit dan agen. Walaupun begitu, dari yang saya amati di area buku anak/bergambar, peserta FBF dengan BCBF tidak begitu banyak yang berbeda, hanya penerbit lokalnya yang lebih dominan. Kadang saya temukan tanda “illustrator wanted” di beberapa penerbit dan ilustrator yang lari membawa portfolionya. Tidak sebanyak yang ditemukan di Bologna tentunya. Book signing oleh penulis atau ilustrator selalu saya temukan setiap harinya di booth penerbit. Sebagai ilustrator, saya mendorong para ilustrator Indonesia untuk melakukan pengamatan, jenis ilustrasi seperti apakah yang kita-kira diminati pasar internasional, berkaryalah sebaiknya dan dorong penerbit untuk menawarkannya di pasar internasional atau, carilah agen. Permintaan untuk buku anak masih cukup tinggi, begitu pula ilustrator. Namun saya lebih mendorong para ilustrator untuk menjadi penulis juga, jadilah pemilik tunggal. Ada banyak jenis buku anak yang beredar di pasar internasional, lakukan pengamatan dan penelitian, dan kamu akan sadar bahwa buku anak bukan hanya buku cerita saja.
Jadi apa yang akan dilakukan penerbit Indonesia khususnya IKAPI selanjutnya?
Mari kita mulai.
Evelyn
Regional Advisor Indonesia
-Posted on: May 17, 2015
In April 2015, we finally follow through an exciting invitation from Yusof Gajah for a 3 day workshop creating Children's book after 2 years delay. Pak Yusof was generous enough to fit in our little event in his busy schedule.
We also held a competition before the event to gain sounding. It was a Silent Book Competition. About 20 submit their works in just short time and we choose 3 winners and 4 special mention, 3 of which attended this workshop.
The workshop
was held in Selasar Sunaryo Art Space, Dago Pakar, Bandung, with greenery around us and accompanied by tonggerets.
The participant varied from illustrators, writers, publisher, editors, and even students. There is also a special participant coming all the way from Malaysia.
Pak Yusof was generous enough to share his expertise and experience. Even though we had technical difficulties, he always manages to carry on with the show. The workshop starts with study of shapes and how to interpret those shapes in to stories as a warm up. The real work starts at the end of day one with each participant has to come up with an idea of a story with local content. An extra insight, to find an idea, we have to look for what problems children are facing.
Pak Yusof also brought his assistant along, Evi Shelvia, our correspondent in Malaysia. And also Emila Yusof (no relation to Pak Yusof), our guest participant. They are a well known illustrator in Malaysia. The participants are eager to do the assignment, in the middle of this, Pak Yusof and Evi did a one on one consultation by approaching each participant.
On the second day, aside from the dummy book, the participant were asked to did a one final illustration page of the book, and reviewed at the end of the day.
One writer was so astonished that he can actually illustrate! He never illustrate before.
Assignments and more were added towards the final day. They were asked to do an alphabet illustration. But thankfully the participant were still exited.
On day 3, each participants finalized their dummy and 2 page of final illustration. And at the end of the day, they were asked to display their own artworks for the exhibition on the next day.
with this, we ended the 3 day workshop.
The Exhibition
The exhibition held on the fourth day, displaying SCBWI Indonesia member's art and books. Along with Kelir art, the participant's works and student showcase from children's book program, Graphic Design ITB class 2012.
Aside from the exhibition, in the morning we held the second adaptation of first page "100 kata memukau" by Ary Nilandari. Ary discuss manuscripts that were sent early on by the first page participants via email.
and in the afternoon followed by Pak Yusof and Emila talkshow on breaking into international market, moderated by Sophie Dewayani.
Pak Yusof selected one outstanding workshop participant based on the works displayed. And it is Anna Triana form Bandung. She uses batik as a main inspiration for illustration and endangered Indonesian primates as the idea of the book. She received a special gift, an autographed book from Pak Yusof Gajah. Congratulation!
We are very glad this event turns out well even with our limitations. What keeps us going is the participant enthusiast. We hope this workshop will not just open eyes and minds but also another opportunity to improve our children's book industry.
A BIG thank you to our patient, generous and persistent volunteers, Gina, Lyly Young, Evi Shelvia, Ary Nilandari, Sophie Dewayani and also Riama Maslan for collaborating in the exhibition with her student's works. And a special mention to our helpful participant, Aaron, Benson and Jenny, Thank you for your help!
Thank you to our participants, thank you Kak Emila for sharing and not forgetting our biggest gratitude to our speaker and teacher, Pak Yusof Gajah. Thank you for giving us this opportunity.
Hear more from us.
– Evelyn –
ps: this is the tonggeret on site, it sings through out the afternoon.
-Posted on: May 17, 2015
Pada 8 Desember 2014 lalu, SCBWI-Indonesia bekerja sama dengan FPBA dan IIDN Jogjakarta mengadakan Sharing Session bersama Ary Nilandari di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjo Soemantri, Universitas Gajah Mada. Sebagai author-coordinator SCBWI-Indonesia, Ary Nilandari mengajak peserta untuk melihat peta dunia penulisan buku anak. Jalan-jalan mana saja yang sudah dan belum pernah ditempuh, dan apa tantangannya. Pada bagian kedua, Ary Nilandari membahas 100 kata pertama yang dikirimkan peserta jauh sebelumnya. Bagian ini mengadopsi sesi First Page yang setiap tahun diadakan oleh SCBWI dalam Konferensi Penulis-Ilustrator di event Asian Festival of Children’s Content (AFCC) diSingapura.
Dalam persaingan ketat di penerbitan, penulis harus dapat membuat gebrakan dan memikat editor sejak halaman pertama. Halaman pertama sangat menentukan apakah editor yang sibuk ini akan terdorong untuk membaca lebih lanjut. Setelah buku terbit, tantangan tidak berhenti sampai di situ. Penulis tentu ingin bukunya dibeli, dan terutama dibaca sampai tuntas. Halaman pertama ini pula yang akan diuji oleh pembaca, karena anak-anak sangat selektif dan tidak terlalu sabar untuk menunggu hingga akhir cerita. Halaman pertama harus sudah memberi mereka rangsangan untuk membaca lebih lanjut. Istilahnya page-turner.
Sesi First Page ini diadaptasi oleh Ary Nilandari menjadi 100 Kata Pertama. Seratus kata? Apa yang bisa didapat dengan 100 kata? Rasanya mustahil. Ternyata tidak. Ary Nilandari memberikan kiat-kiat tentang komponen apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam 100 kata pertama sehingga dapat memukau editor dan pembaca. Peserta yang telah mengirimkan 100 kata pun mendapatkan masukan apa yang harus dibuang dan apa yang harus dipertajam. Apa pun genrenya, cerita Anda akan melewati ujian yang sama di mata pembaca. Ujian ini terutama dilakukan pembaca pada buku yang ditulis oleh penulis yang belum dikenalnya.
– Ary Nilandari –
-Posted on: April 16, 2015
Mengenai Pak Yusof Gajah bisa dilihat disini
dan disini
-Posted on: April 15, 2015
mengenai Workshop 3 hari bersama Yusof Gajah
Jalan pintas pengumuman (apabila sulit dibuka)